Tarumanegara
Ini teh sudah diposting atau belum lupaaa -_-
Sumbernya juga lupa, maaf gak dicantumin :)
Tarumanagara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M, yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan Tarumanagara adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Sejarah
Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga.
Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu Sundapura--pertama kalinya nama "Sunda" digunakan. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.
Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana? Apakah daerah itu merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang termasuk kawasan Kerajaan Sunda?
Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan bahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda. Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.
Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Raja-raja Tarumanagara
1. Jayasingawarman 358-382
2. Dharmayawarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628
9. Sudhawarman 628-639
10. Hariwangsawarman 639-640
11. Nagajayawarman 640-666
12. Linggawarman 666-669B. Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara
1. Prasasti
a. Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea, terletak di pinggir sungai Ciaruteun, dekat muaranya dengan Cisadane. Di atasnya terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki yang dipahatkan di atas aksaranya. Prasasti terdiri dari 4 baris, ditulis dalam bentuk puisi India dengan irama anustubh (Anustubh: jumlah suku kata pada masing-masing baris dalam satu bait puisi Jawa kuno sebanyak 8 suku kata). Prasasti ini mengingatkam adanya hbungan dengan prasasti raja Mahendawarman I dari keluarga Pallawa. Bunyi dari prasasti ini ialah :
vikrantasyavanipateh
srimatah purnavarmmanah
tarumanegarendrasya
visnor iva padadvayam
‘’Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia’’
b. Prasasti Pasir Koleangkak
Di temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira 30 km sebelah barat Bogor. Bunyi dan terjemahan prasasti ini adalah :
-sriman-data krtajno narapatir- asamo yah pura/ta/r/u/maya/m/namna sri-purnnavarmma pracura-ripusarabhedya-vikhyatavarmmo
-tasyedam-padavimbadvayam-arinagaroysadane nityadaksambhaktanamyandripanam- bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam
‘’ gagah, memgagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya- yang termashur sri Purnnavarman- yang sekali waktu( memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal (=varmman) tidak dapat di tembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya’’
c. Prasasti Kebonkopi (kampung Muara Hilir, Cibungbulang)
Terdapat dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata. Bunyinya sebagai berikut:
jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah- sira/ vatabhasya vibhatidam- padavayam
‘’ Disini nampak sepasang tapak kaki….yang seperti Airavata, gajah penguasa taruma (yang) agung dalam….dan(?) kejayaan’’
d. Prasasti Tugu (Tugu, Jakarta)
Merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan Purnawarman. Tulisannya dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang secara melingkar. Yang khas dari prasasti ini adalah:
- Di dalamnya disebutkan nama dua sungai yang terkenal di Panjab, yaitu sungai Candrabhaga dan Gomati.
- Merupakan satu-satunya prasasti purnawarman yang menyebutkan anasir penanggalan namun tidak memuat angka tahun yang pasti, hanya menyebutkan phalguna dan caitra yang bertepatan dengan bulan Februari- April.
- Menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana diserati 1000 ekor sapi yang dihadiahkan
- Menyebutkan dua nama lain dari Purnawarman
- Candrabhaga meruakan nama sungai India yang diberikan kepada sebuah sungai di Jawa dan nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, Chandrabagha dapat di artikan menjadi bekasi = Bhagasasi = Baghacandra = Chandabagha (Sasi = Candra = Bulan), yang diduga pusat Kerajaan Tarumanegara. Bunyi Prasasti Tugu sebagai berikut :
pura rajadhirajena guruna inabahuna
khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau
pravarddhamana-dvavinsad-vatsare srigunaujasa
narendradhvajabhutena srimata purnnavarmmana
caitrasukla-trayodsyam dinais siddhaikavinsakaih
ayata satrasahasrena dhanusam sasaterna ca
dvavinsena nadi ramya gomati nirmalodaka
pitamahasya rajasser vvidarya sibiravanim
brahmanair ggo-sahasrena prayati krtadaksina
‘’Dulu (kali yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempuyai lengan kencang dan kuat( yakni raja Purnawarman) untuk mengalirkannya ke laut setelah kali ini sampai di istana kerajaan yang termasyur. Di dalam tahun keduapuluh-duanya dari tahta yang mulai raja Purnawarman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaanya serta menjadi panji segala raja, maka sekarang beliau menitahkan pula menggali kali yang permai dan berair jenih, Gomati namanya, setelah sungai itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman yang mulia Sang Pendeta nenek-da( Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal 8 paro-petang bulan Phalguna dan disudahi pada tanggal 13 paro-terang bulan Caitra, jadi hanya 21 saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 tumbak. Selamatan baginya dilakukan oleh para brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan ‘’
e. Prasasti Pasir Awi (Pasir Awi, Bogor)
Tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Pada prasasti ini juga terdapat gambar tapak kaki
f. Prasasti Muara Cianten (muara Cianten, Bogor)
Prasasti ini juga terdapat telapak kaki. Sayang tulisannya belum dapat di artikan sebab tulisannya dalam huruf ikal sehingga tidak banyak yang di ketahui tentang isinya
g. Prasasti Cidanghiang atau Lebak
Ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang, Banten. Ditemukan tahun 1947 dan berisi dua baris aksara yang merupakan satu Sloka dalam metrum anustubh. Bunyi prasasti ini:
vikranto yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra (mah)
narendraddvajabhutena srimatah purnnavarmmanah
“Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja”
2. Arca
a. Arca Rajasi
Diperkirakan ditemukan di Jakarta.menggambarkan rajarsi yang menggambarkan sifat-sifat Wisnu-Surya. Ada yang berpendapat bahwa arca itu adalah arca Siwa dari abad II.
b. Arca Wisnu Cibuaya I
Berasal dari abad 7 dan bisa dianggap bisa melengkapi prasasti-prasasti Purnawarman. Arca ini memperlihatkan adanya persamaan dengan arca yang ditemukan di Kemboja, Siam dan Semenanjung Melayu.
c. Arca Wisnu cibuaya II( di desa Cibuaya)
Terdapat kesamaan dengan arca-arca dari seni Pala abad ke 7-8, yaitu:
- Jenis batu yang digunakan
- Bentuk arca dan laksananya
- Bentuk badan
- Makuta
3. Sumber lain
a. Fa-Hien
Dia adalah musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti (Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. dalam catatannya di sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di jumpainya adalah Brahmana. Fa Hien juga menyebutkan dalam bukunya Fa Kuo Chien bahwa rakyat Tolomo bermata pencaharian bertani, berdagang dan pandai membuat minuman dari malai kelapa. Dari bukti-bukti yang ada, para ahli sejarah menduga Tolomo/ taluma menurut Fa hien adalah Tarumanegara
b. Dinasti Soui
Selain berita Fa Hien keberadaan Taruma juga di perkuat dari berita Dinasti Soui, bahwa tahun 528 dan 535 datang utusan dari negeri Tolomo yang terletak disebelah selatan
c. Dinasti Tang Muda
Berita dinasti Tang Muda menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari Tolomo nama Tolomo di duga lafal bahasa Cina untuk Tarumanegara.
d. Dinasti Tang( 618-906)
Menyebutkan nama sebuah daerah bernama Ho-ling atau Jawa, yang terletak di Lautan Selatan, sebelah timur Sumatra dan sebelah barat Bali. Nama Ho-ling oleh para sarjana disesuaikan dengan Kalinga yang letaknya diperkirakan di Jawa Tengah Utara/ Walaing. Daerah yang disebut Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas , perak, cula badak dan gading gajah. Sedangkan penduduknya membuat benteng-benteng kayu dan rumah-rumah mereka beratap daun kelapa.
Sejarah
Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga.
Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu Sundapura--pertama kalinya nama "Sunda" digunakan. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.
Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana? Apakah daerah itu merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang termasuk kawasan Kerajaan Sunda?
Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan bahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda. Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.
Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Raja-raja Tarumanagara
1. Jayasingawarman 358-382
2. Dharmayawarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628
9. Sudhawarman 628-639
10. Hariwangsawarman 639-640
11. Nagajayawarman 640-666
12. Linggawarman 666-669B. Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara
1. Prasasti
a. Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea, terletak di pinggir sungai Ciaruteun, dekat muaranya dengan Cisadane. Di atasnya terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki yang dipahatkan di atas aksaranya. Prasasti terdiri dari 4 baris, ditulis dalam bentuk puisi India dengan irama anustubh (Anustubh: jumlah suku kata pada masing-masing baris dalam satu bait puisi Jawa kuno sebanyak 8 suku kata). Prasasti ini mengingatkam adanya hbungan dengan prasasti raja Mahendawarman I dari keluarga Pallawa. Bunyi dari prasasti ini ialah :
vikrantasyavanipateh
srimatah purnavarmmanah
tarumanegarendrasya
visnor iva padadvayam
‘’Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia’’
b. Prasasti Pasir Koleangkak
Di temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira 30 km sebelah barat Bogor. Bunyi dan terjemahan prasasti ini adalah :
-sriman-data krtajno narapatir- asamo yah pura/ta/r/u/maya/m/namna sri-purnnavarmma pracura-ripusarabhedya-vikhyatavarmmo
-tasyedam-padavimbadvayam-arinagaroysadane nityadaksambhaktanamyandripanam- bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam
‘’ gagah, memgagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya- yang termashur sri Purnnavarman- yang sekali waktu( memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal (=varmman) tidak dapat di tembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya’’
c. Prasasti Kebonkopi (kampung Muara Hilir, Cibungbulang)
Terdapat dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata. Bunyinya sebagai berikut:
jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah- sira/ vatabhasya vibhatidam- padavayam
‘’ Disini nampak sepasang tapak kaki….yang seperti Airavata, gajah penguasa taruma (yang) agung dalam….dan(?) kejayaan’’
d. Prasasti Tugu (Tugu, Jakarta)
Merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan Purnawarman. Tulisannya dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang secara melingkar. Yang khas dari prasasti ini adalah:
- Di dalamnya disebutkan nama dua sungai yang terkenal di Panjab, yaitu sungai Candrabhaga dan Gomati.
- Merupakan satu-satunya prasasti purnawarman yang menyebutkan anasir penanggalan namun tidak memuat angka tahun yang pasti, hanya menyebutkan phalguna dan caitra yang bertepatan dengan bulan Februari- April.
- Menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana diserati 1000 ekor sapi yang dihadiahkan
- Menyebutkan dua nama lain dari Purnawarman
- Candrabhaga meruakan nama sungai India yang diberikan kepada sebuah sungai di Jawa dan nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, Chandrabagha dapat di artikan menjadi bekasi = Bhagasasi = Baghacandra = Chandabagha (Sasi = Candra = Bulan), yang diduga pusat Kerajaan Tarumanegara. Bunyi Prasasti Tugu sebagai berikut :
pura rajadhirajena guruna inabahuna
khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau
pravarddhamana-dvavinsad-vatsare srigunaujasa
narendradhvajabhutena srimata purnnavarmmana
caitrasukla-trayodsyam dinais siddhaikavinsakaih
ayata satrasahasrena dhanusam sasaterna ca
dvavinsena nadi ramya gomati nirmalodaka
pitamahasya rajasser vvidarya sibiravanim
brahmanair ggo-sahasrena prayati krtadaksina
‘’Dulu (kali yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempuyai lengan kencang dan kuat( yakni raja Purnawarman) untuk mengalirkannya ke laut setelah kali ini sampai di istana kerajaan yang termasyur. Di dalam tahun keduapuluh-duanya dari tahta yang mulai raja Purnawarman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaanya serta menjadi panji segala raja, maka sekarang beliau menitahkan pula menggali kali yang permai dan berair jenih, Gomati namanya, setelah sungai itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman yang mulia Sang Pendeta nenek-da( Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal 8 paro-petang bulan Phalguna dan disudahi pada tanggal 13 paro-terang bulan Caitra, jadi hanya 21 saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 tumbak. Selamatan baginya dilakukan oleh para brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan ‘’
e. Prasasti Pasir Awi (Pasir Awi, Bogor)
Tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Pada prasasti ini juga terdapat gambar tapak kaki
f. Prasasti Muara Cianten (muara Cianten, Bogor)
Prasasti ini juga terdapat telapak kaki. Sayang tulisannya belum dapat di artikan sebab tulisannya dalam huruf ikal sehingga tidak banyak yang di ketahui tentang isinya
g. Prasasti Cidanghiang atau Lebak
Ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang, Banten. Ditemukan tahun 1947 dan berisi dua baris aksara yang merupakan satu Sloka dalam metrum anustubh. Bunyi prasasti ini:
vikranto yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra (mah)
narendraddvajabhutena srimatah purnnavarmmanah
“Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja”
2. Arca
a. Arca Rajasi
Diperkirakan ditemukan di Jakarta.menggambarkan rajarsi yang menggambarkan sifat-sifat Wisnu-Surya. Ada yang berpendapat bahwa arca itu adalah arca Siwa dari abad II.
b. Arca Wisnu Cibuaya I
Berasal dari abad 7 dan bisa dianggap bisa melengkapi prasasti-prasasti Purnawarman. Arca ini memperlihatkan adanya persamaan dengan arca yang ditemukan di Kemboja, Siam dan Semenanjung Melayu.
c. Arca Wisnu cibuaya II( di desa Cibuaya)
Terdapat kesamaan dengan arca-arca dari seni Pala abad ke 7-8, yaitu:
- Jenis batu yang digunakan
- Bentuk arca dan laksananya
- Bentuk badan
- Makuta
3. Sumber lain
a. Fa-Hien
Dia adalah musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti (Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. dalam catatannya di sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di jumpainya adalah Brahmana. Fa Hien juga menyebutkan dalam bukunya Fa Kuo Chien bahwa rakyat Tolomo bermata pencaharian bertani, berdagang dan pandai membuat minuman dari malai kelapa. Dari bukti-bukti yang ada, para ahli sejarah menduga Tolomo/ taluma menurut Fa hien adalah Tarumanegara
b. Dinasti Soui
Selain berita Fa Hien keberadaan Taruma juga di perkuat dari berita Dinasti Soui, bahwa tahun 528 dan 535 datang utusan dari negeri Tolomo yang terletak disebelah selatan
c. Dinasti Tang Muda
Berita dinasti Tang Muda menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari Tolomo nama Tolomo di duga lafal bahasa Cina untuk Tarumanegara.
d. Dinasti Tang( 618-906)
Menyebutkan nama sebuah daerah bernama Ho-ling atau Jawa, yang terletak di Lautan Selatan, sebelah timur Sumatra dan sebelah barat Bali. Nama Ho-ling oleh para sarjana disesuaikan dengan Kalinga yang letaknya diperkirakan di Jawa Tengah Utara/ Walaing. Daerah yang disebut Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas , perak, cula badak dan gading gajah. Sedangkan penduduknya membuat benteng-benteng kayu dan rumah-rumah mereka beratap daun kelapa.
SUMBER SEJARAH
Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau catatan yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara. Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara. F. Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara
Tahun 686 Kerajaan Tarumanegara runtuh ditaklukan Dapunta Hyang Salendra, yaitu raja Sriwijaya dari Kedah. Dalam prasasti kedukan bukit yang ditemukan di dekat Palembang mempunyai angka tahun 605 Caka atau sama dengan 683 Masehi, menerangkan tentang perjalanan penjelajahan Raja Dapunta Hyang Cri Jayanaca. Raja berangkat dari Minangatamwan dengan armada berkekuatan 20.000 tentara dan menaklukan beberapa daerah sehingga menjadikan Palembang sebagai Bandar pelabuhan terbesar di Sumatra (Suwarna Dwipa). Dalam sejarah, Palembang menjadi tempat penting untuk pusat ziarah umat beragama Buddha Mahayana. Karena kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 670 M dan didirikannya Bandar pelabuhan Palembang, maka kekuatan armada laut semakin kuat dan bertambah besar sehingga dengan mudah memperluas kekuasaannya di Tanah Jawa termasuk Kerajaan Tarumanegara
Tahun 686 Kerajaan Tarumanegara runtuh ditaklukan Dapunta Hyang Salendra, yaitu raja Sriwijaya dari Kedah. Dalam prasasti kedukan bukit yang ditemukan di dekat Palembang mempunyai angka tahun 605 Caka atau sama dengan 683 Masehi, menerangkan tentang perjalanan penjelajahan Raja Dapunta Hyang Cri Jayanaca. Raja berangkat dari Minangatamwan dengan armada berkekuatan 20.000 tentara dan menaklukan beberapa daerah sehingga menjadikan Palembang sebagai Bandar pelabuhan terbesar di Sumatra (Suwarna Dwipa). Dalam sejarah, Palembang menjadi tempat penting untuk pusat ziarah umat beragama Buddha Mahayana. Karena kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 670 M dan didirikannya Bandar pelabuhan Palembang, maka kekuatan armada laut semakin kuat dan bertambah besar sehingga dengan mudah memperluas kekuasaannya di Tanah Jawa termasuk Kerajaan Tarumanegara
E. Kehidupan Masyarakat
Segi yang sangat penting di dalam kehidupan suatu masyarakat , adalah matapencaharian masayarakat pada saat itu . Berdasarkan bukti-bukti dan sumber yang ada sampai saat ini ,dapatlah di duga bagaimana kira-kira marta pencaharian penduduk pada zaman Tarumanegara . Kalau dugaan tentang barang-barang dagangan yang berasal dari daerah Ho – ling dapat diterima ,maka kita memperoleh gambaran bahwa pada masa itu perburuan ,pertambangan ,perikanan dan perniagaan termasuk mata pencarian penduduk Tarumanegara di samping pertanian ,peleyaran ,dan perternakan .
Bukti pada masa itu ada perburuan adalah , adanya berita tentang perdagangan cula badak dan gading gajah , sedangkan gajah dan badak adalah hewan liar . Dari situ lah disimpulkan untuk mendapatkan itu , mereka harus berburu .Sedang perikanan ,pada masa itu terjadi jual beli kulit penyu . Untuk pertambangan ,kita peroleh dari perdagangan mas dan perak . Jelaslah trelah disebutkan berulang kali perdangan ini membuktikan adanya perniagaan pada saat itu . Pada prasasti tugu disebutkan usaha pembuatan saluran yang dilakukan pada tahunke dua pulah dua tahun pemerintahan raja purnawarman . Yang kegunaanya untuk mengatasi banjir yang selalu melanda daerah pertanian di sekitar itu,. Selain itu ditemukan alat dari batu yang erat hubunganya dengan pertanian .Sedangkan pertenekan belum tau adanya bukti. Mengenai pelayaran ,barang kali ini tidak usah disangsikan lagi, karena letak tarumanegara yang cukup streategis dijalan nusantara , membuat adanya keterampilan penduduknya di bidang pelayaran .
Untuk tegnologi belum ditemukan buktinya namun, pada saat itu mereka telah mempunyai kepandaian membuat minuman arak yang terbuat dari mayang , nira dari bunga kelapa. Selain ini makan pokok pada saat itu adalah beras .selain beras mereka makan buah –buahan serta daging .
Pada saat itu perhubungan taruamnegara dengan kerajaan lain menggunakan perhubungan air. Mengenai hubungan darat ,dapat diperkiraan dengan adanya data bahwa lembu merupakan hewan piaraan.Ruapanya selain untuk hadiah kepada kaum brahmana dan pertanian ,hewan ini juga di pergunakan untuk melakukan hubungan dalam negri ,dari satu tempat ke tempat lain ,yang tidak terlalu berjauhan letaknya .
Berdasarkan suber-sumber yang sangat tidak lengkap itu ,dapat diperkirakan golongan masyarakat pada masa itu ialah kaum tani, pemburu , pedagang pelaut ,nelayan , dan peternak .walaupun demikian ,tidak dapat dipastikan ,bagaiman pembagian kerja itu dilakukan . ditinjau dari segi budaya ,golongan terbagi menjadi dua yaitu golongan masyarakat berbudaya hindu dan golongan masyarrakt berbudaya asli .
Menurut bukti yang ada kita hanya mengetahui adanya aksara pallawa dan bahasa sansekerta pada masa itu .Namun berita dari cina menyebutkan adanya suatu bahasa dengan nama kwun lun .yang digunakan baik dijawa maupun di Sumatra.kwunlun ini adalah bahasa Indonesia yang tercampur dengan bahasa sansekerta .
Dari berita fa – shien jelas ,bahwa pada awal abad ke 5 di trauma Negara terdapat tiga macam agama , yaitu agama budha ,Hindu dan agama yang kotor .dan dari ketiga agama tersebut agama hindulah yang paling banyak karena diperkuat dengan berbagai macam prasati yang ditemukan .Antara lain Prasasti tugu ,prasasti Jambu ,Prasasti Pasir kolengkak .apa yang kita ketahui tentang agama budha di trauma Negara , sama sekali terbatas kepada berita Fa shien yang mengatakn bahwa pada waktu itu terdapat sedikit sekali orang beragama budaha termasuk dia .agama kotor adalah agama yang sudah lama ada sebelum masuknya pengaruh India ke Indonesia .
Segi yang sangat penting di dalam kehidupan suatu masyarakat , adalah matapencaharian masayarakat pada saat itu . Berdasarkan bukti-bukti dan sumber yang ada sampai saat ini ,dapatlah di duga bagaimana kira-kira marta pencaharian penduduk pada zaman Tarumanegara . Kalau dugaan tentang barang-barang dagangan yang berasal dari daerah Ho – ling dapat diterima ,maka kita memperoleh gambaran bahwa pada masa itu perburuan ,pertambangan ,perikanan dan perniagaan termasuk mata pencarian penduduk Tarumanegara di samping pertanian ,peleyaran ,dan perternakan .
Bukti pada masa itu ada perburuan adalah , adanya berita tentang perdagangan cula badak dan gading gajah , sedangkan gajah dan badak adalah hewan liar . Dari situ lah disimpulkan untuk mendapatkan itu , mereka harus berburu .Sedang perikanan ,pada masa itu terjadi jual beli kulit penyu . Untuk pertambangan ,kita peroleh dari perdagangan mas dan perak . Jelaslah trelah disebutkan berulang kali perdangan ini membuktikan adanya perniagaan pada saat itu . Pada prasasti tugu disebutkan usaha pembuatan saluran yang dilakukan pada tahunke dua pulah dua tahun pemerintahan raja purnawarman . Yang kegunaanya untuk mengatasi banjir yang selalu melanda daerah pertanian di sekitar itu,. Selain itu ditemukan alat dari batu yang erat hubunganya dengan pertanian .Sedangkan pertenekan belum tau adanya bukti. Mengenai pelayaran ,barang kali ini tidak usah disangsikan lagi, karena letak tarumanegara yang cukup streategis dijalan nusantara , membuat adanya keterampilan penduduknya di bidang pelayaran .
Untuk tegnologi belum ditemukan buktinya namun, pada saat itu mereka telah mempunyai kepandaian membuat minuman arak yang terbuat dari mayang , nira dari bunga kelapa. Selain ini makan pokok pada saat itu adalah beras .selain beras mereka makan buah –buahan serta daging .
Pada saat itu perhubungan taruamnegara dengan kerajaan lain menggunakan perhubungan air. Mengenai hubungan darat ,dapat diperkiraan dengan adanya data bahwa lembu merupakan hewan piaraan.Ruapanya selain untuk hadiah kepada kaum brahmana dan pertanian ,hewan ini juga di pergunakan untuk melakukan hubungan dalam negri ,dari satu tempat ke tempat lain ,yang tidak terlalu berjauhan letaknya .
Berdasarkan suber-sumber yang sangat tidak lengkap itu ,dapat diperkirakan golongan masyarakat pada masa itu ialah kaum tani, pemburu , pedagang pelaut ,nelayan , dan peternak .walaupun demikian ,tidak dapat dipastikan ,bagaiman pembagian kerja itu dilakukan . ditinjau dari segi budaya ,golongan terbagi menjadi dua yaitu golongan masyarakat berbudaya hindu dan golongan masyarrakt berbudaya asli .
Menurut bukti yang ada kita hanya mengetahui adanya aksara pallawa dan bahasa sansekerta pada masa itu .Namun berita dari cina menyebutkan adanya suatu bahasa dengan nama kwun lun .yang digunakan baik dijawa maupun di Sumatra.kwunlun ini adalah bahasa Indonesia yang tercampur dengan bahasa sansekerta .
Dari berita fa – shien jelas ,bahwa pada awal abad ke 5 di trauma Negara terdapat tiga macam agama , yaitu agama budha ,Hindu dan agama yang kotor .dan dari ketiga agama tersebut agama hindulah yang paling banyak karena diperkuat dengan berbagai macam prasati yang ditemukan .Antara lain Prasasti tugu ,prasasti Jambu ,Prasasti Pasir kolengkak .apa yang kita ketahui tentang agama budha di trauma Negara , sama sekali terbatas kepada berita Fa shien yang mengatakn bahwa pada waktu itu terdapat sedikit sekali orang beragama budaha termasuk dia .agama kotor adalah agama yang sudah lama ada sebelum masuknya pengaruh India ke Indonesia .
Komentar
Posting Komentar