Sebuah Jalan
Oleh : Riska Diana Jalanan sepi dan basah, kawan. Tetapi, lampu-lampu jalanan kiranya masih menyala kala itu, sehingga paras pucat perempuan itu sempat tertangkap meski tidak terlalu jelas lantaran cahaya lampu terhalang ranting akasia. Hujan sudah selesai, tetapi udara tentu saja sangat dingin. Tanpa hujan pun udara malam tetap dingin, bukan? Maafkan kalau aku kelihatan sok tahu, kawan. Kau tentu tak setuju dengan ungkapan atau perumpamaan yang ku buat dalam menceritakan semua ini. Ia meletakan bokongnya dibangku halte dengan cemas yang deras menggerayangi perasaannya. Jemari tangannya yang lentik terawat meremas-remas sapu tangan basah yang digunakan untuk menyeka wajah dan rambutnya. Sebuah tas kecil yang terbuat dari kulit berwarna coklat talinya masih menyangkol di bahu, di kepit ketiaknya. Koper hitam didekap kedua lututnya yang gemetar. Cahaya temaram menyembunyikan tubuhnya yanf menggigil dibungkus jaket dan kaus hitam ketat. Kecemasan makin deras, sukar dibendung. Ia se...